Ajaran Ahlul Bait; Mengayomi & Mengajari Orang Bodoh

Mengajar

Dua pelajar hauzah sedang belajar bersama.

Oleh: Haidar Sutiawan Lc.

Cucunda Baginda Nabi saw, Imam Kazhim as, menasihati Hisyam perihal adab seseorang dalam mencari ilmu.

“Hisyam! Jika ada ilmu yang belum engkau ketahui maka carilah dan apa yang telah engkau pelajari maka ajarkanlah pada mereka yang bodoh. Hormatilah orang berilmu karena keilmuan yang ia miliki serta janganlah berdebat dengannya. Anggap remehlah orang yang bodoh namun jangan menjauhinya akan tetapi dekatilah ia dan ajarilah ilmu kepadanya!”[1]

Mazhab Ahlul Bait adalah sebuah mazhab yang menasihati para pengikutnya untuk senantiasa semangat dalam mencari ilmu. Seperti hadits di atas yang dikutip dari nasihat Imam Kazhim as pada Hisyam dalam kitab Tuhaful Uqul.

Imam menasihati bahwa ketika ada ilmu yang belum dimiliki atau dikuasai maka kita harus mengejar dan mempelajarinya. Sebuah nasihat yang sangat istimewa sekali. Bayangkan saja jika setiap orang mendengarkan dan menjalankan nasihat ini maka tidak akan ada lagi yang namanya penderitaan secara ekonomi.

Kenapa demikian? Karena dari jaman dahulu hingga sekarang setiap orang yang berilmu pasti akan dihargai oleh masyarakat di lingkungan sekitar. Misalnya guru, dokter, polisi, ahli agama, dan yang lainnya. Tentunya dengan syarat bahwa ilmu yang dia miliki sama dengan kemampuannya.

Selain itu  dalam riwayat di atas kita diharuskan untuk menghormati orang yang berilmu serta tidak boleh berdebat dengannya. Banyak cara menghormati orang berilmu. Semua tergantung pada budayanya masing-masing bagaimana menghormati orang yang berilmu.

Imam as juga tak luput dari menasihati kita bagaimana bersikap pada mereka orang bodoh. Imam mengatakan bahwa kita harus mendekati dan mengasuhnya serta jangan menjauhinya. Jangan sampai ada dari kita yang sudah berilmu dan malah menjauhi mereka yang bodoh. Justru kita harus mengayominya.

Inilah ajaran Ahlul Bait as. Mencari ilmu, menghormati orang yang berilmu serta mengayomi dan mengahar orang-orang bodoh.

 

[1] Tuhaful Uqul, hal 371.

Leave a comment