Sekilas tentang Tarekat

Sekilas tentang Tarekat

*H.S

Tarekat dalam bahasa berasal dari kata táriqah yang berarti jalan atau metode atau aliran (mazhab). Tarekat adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan tujuan untuk sampai kepada-Nya. Tarekat juga merupakan sebuah metode yang harus ditempuh seorang sufi dengan aturan-aturan tertentu sesuai dengan petunjuk guru atau mursyid tarekat masing-masing, agar berada sedekat mungkin dengan Allah swt. Ahli Tasawuf mengaitkan istilah tarekat dengan firman Allah: “Dan bahwasanya apabila mereka tetap berdiri pada jalan (thariqah) yang benar niscaya akan kami turunkan (hikmah) seperti hujan yang deras di langit.” (QS al-Jinn/72:16). Kenapa terekat terkait dengan tasawuf? Itu karena tarekat merupakan organisasi persaudaraan dalam menjalankan upaya untuk medekatkan diri kepada Allah.

Menurut J. Spencer Trimingham sejarah perkembangan tarekat secara garis besar melalui tiga tahap yaitu:

Tahap khanqah yaitu pada tahap ini tarekat berarti jalan atau metode yang ditempuh seorang sufi untuk sampai kepada Allah secara individual. Tahap ini terjadi sekitar abad X M.

Tahap thariqah yaitu pada masa ini sudah terbentuk ajaran-ajaran, peraturan dan metode tasawuf, muncul pula pusat-ousat yang mengajarkan tasawuf dengan silsilahnya masing-masing.

Tahap tai’fah, tahap ini terjadi pada sekitar abad XV M. Pada masa ini terjadi transisi misi ajaran dan peraturan yang dari guru tarekat yang disebut dengan syikh atau mursyid kepada para pengikut atau murid-muridnya. Pada masa inilah muncul organisasi tasawuf yang mempunyai cabang di tempat lain.

Unsur-unsur pokok dalam tarekat

Dalam tarekat ada istilah yang dinamakan mursyid, murid dan silsilah. Ketiga ini menjadi unsur-unsur dalam tarekat. Adapun yang dimaksud dengan mursyid berarti orang yang menunjukan jalan yang benar. Kata mursyid diambil dari bahasa Arab, arsyada yang berarti memberi petunjuk. Kata musryid ditemukan dalam al-Qur’an, misalnya dalam Qs. Al-Kahfi 18;17, Allah berfirman ; Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpin yang dapat memberi petunjuk (mursyidan) kepadanya. Menurut Aboebakar Atjeh, mursyid mempunyai peran penting dalam tarekat, karena ia bukan hanya sebagai pemimpin yang mengawasi murid-muridnya dari penyimpangan ajaran islam, tetapi ia juga sebagai pemimpin keruhanian yang tinggi dalam tarekat.

Selanjutnya adalah murid. kata murid telah menjadi salah satu kosa kata bahasa Indonesia, yang berarti seorang yang sedang berguru atau belajar. Kata murid berasal dari bahasa Arab , aráda-yurídu-irádatan (menginginkan). Jadi murid bisa diartikan sebagai orang yang berkeinginan. Ibn Arabi memberikan definisi murid adalah “Orang yang mengadakan perjalanan ruhani kepada Tuhan.” Murid dalam tasawuf adalah orang yang berkeinginan untuk sampai pada kepada Allah swt. pendiri tarekat Qadariyyah tentang hal-hal yang harusnya dilakukan oleh seorang murid adalah bersunguh-sungguh, berjalan, bekerja, menjalankan perintah Allah, menentang hawa nafsunya, melihat dengan cahaya Allah (núr Allah), menjalankan perintah Allah dan mendekatkan diri pada Allah.

Selanjutnya adalah silsilah, merupakan sebuah istilah dalam sebuah tarekat yang biasa dipakai untuk menyebut matarantai spiritual guru-guru yang telah mengajarkan tarekat secara turun temurun. Para pegamal tarekat apapun nama tarekatnya, umumnya memandang bahwa silsilah memiliki kedudukan yang sangat penting, bahkan menentukan sah tidakya sebuah tarekat.

Silsilah juga menjadi faktor menentukan diterima atau tidaknya sebuah tarekat oleh sekelompok masyarakat. Karenanya, guru-guru tarekat niscaya akan sangat hati-hati menjaga istilah keilmuannya, berusaha mengetahui persis siapa gurunya, dan guru dari gurunya itu sampai terhubungkan kepada Nabi saw. Dengan adanya unsur silsilah dalam tarekat ini akan memungkinkan seorang murid itu bisa menjadi seorang mursyid dengan adanya legitimasi dari mursyidnya.

Contoh Silsilah dalam Tarekat Qadiriyah

  • Allah Rabb al-Alamin
  • Malaikat Jibril As
  • Rasulullah Muhammad SAW
  • Sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra
  • Syekh Sayyid Husein bin Fathimah
  • Syekh Ali Zainal al-Abidin
  • Syekh Muhammad Baqir
  • Syekh Ja’far al-Shadiq
  • Syekh Musa al-Kadlim
  • Syekh Abu al-Hasan Ali
  • Syekh Ma’ruf al-Karakhi
  • Syekh Sara al-Saqathi
  • Syekh Abdul Qasim al-Junaidi
  • Syekh Abu Bakar al-Syabili
  • Syekh Abul Wahid al-Tamimi
  • Syekh Abu al-Faraj al-Tharthusi
  • Syekh Abu al-Hasan Ali al-Hakari
  • Syekh Abu Sa’id al-Mubarrah
  • Syekh Muhyiddin Abdul Qadir al-Jailani

Ajaran Tarekat

Dalam buku Ensiklopedi Tasawuf disebutkan bahwa ajaran tarekat terbagi menjadi dua yaitu ajaran-ajaran yang bersifat umu dan khusus. Yang bersifat khusus maksudnya adalah amalan-amalan yang benar-benar harus dilaksanakan pengikut sebuah tarekat, dan tidak boleh diamalkan orang di luar tarekat atau pengikut tarekat lain.  Adapu yang bersifat umum, yaitu amalan-amalan yang ada dan menjadi tradisi dlaam tarekat, tetapi amalan itu juga biasa dilakukan oleh masyarakat Islam di luar pengikut tarekat.

Ada banyak ajaran di dalam tarekat, yaitu istighfar (meminta ampuna kepada Allah dari segala dosa), shalawat Nabi, zikir (mengingat dan menyebut nama Allah, baik secara lisan maupun bathin), muraqabah (penghayatan bahwa dirinya seolah-olah berhadapan dengan Allah), wasilah atau tawasul, rabitah (menghubungkan ruhaniah seorang murid kepada guru), suluk dan uzlah, zuhud dan wara, wirid, hizib (membaca doa khusus dari syekh), Khataman (amalah khusus yang harus dilakukan secara kolektif), ataqah atau fida (penebusan), manaqib (biografi seorang sufi besar yang dijadikan referensi untuk melakukan amalan-amalan), ratib (seperangkat amalan yang biasanya harus diwiridkan para pengamalnya), dan mengamalkan syariat islam.

Tarekat-Tarekat dalam Dunia Islam

Tarekat yang berkembang di Indonesia

Tarekt Qadiriyah, pendirinya Syekh Abdul Qadir al-Jailani (w. 561 H/ 1166 M), Tarekat Syadziliyah, pendirinya  Abu al-Hasan al-Syadziliah (w. 656 H/1258 M, Tarekat Khalwatiyah, pendirinya Syekh Yusuf al-Makassari al-Khalwati (w,751 H/1350 M), Tarekat Naqsyabandiyah,pendirinya Muhammad Baha’ al-Din al-Uwaisi al-Naqsyabandi (w.791 H/1389 M). Tarekat Syattariyyah, pendirinya Syaikh ‘Abd Allah al-Syaththari (w.890 H/ 1485 M), Tarekat Sammaniyah, pendirinya Muhammad bin ‘Abd al-Karim al-Madani al-Syafi’i al-Samman (w. 1130 H/1775 M), Tarekat Tijaniah, pendirinya Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Tijani (w.1230 H / 1815 M), Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyyah (TQN), pendirinya Syaikh Ahmad Khatib Sambas (w. 1872 M).

Tarekat Lain yang berkembang di Dunia Islam

Tarekat Chistiyah, berkembang di India, pendirinya Khwajah Mu’in al-Din Chisyti (w.633 H/1236 M ), Tarekat Maulawiyah, tarekat kelahiran Turki, pendirinya Mawlana Muhammad Jalal al-Din Rumi (w.1273 M), Tarekat Ni’matullahi, tarekat kelahiran Persia, pendirinya Syah Ni’mat Allah Wali (w.732 H/1332 M), Tarekat Sanusiyah, tarekat dari Afrika Utara, pendirinya Muhamad Ali al-Sanusi (w. 1856 M).

Sufi Nusantara & Pemikiran Tasawufnya

  • Hamzah Fansuri (wafat sekitar !590), dalam bidang sufi ia mengungkapkan gagasan-gagasan melalui syair bercorak wahdat al-wujud yang mendorong pada penafsiran paneistik . Salah satu sufi penting Nusantara di awal Islam. Tidak diketahui dengan jelas biografinya, sekurang-kurang hidup sampai awal abad 17 M, berasal dari Barus, Sumatra Utara.
  • Syamsuddin al-Sumatrani (w. 1630), pelopor ajaran martabat tujuh yang merupakan adaptasi dari dari teori emanasi Ibn al-Arabi yang tidak lama kemudian sangat populer di Indonesia. Tidak diketahui dengan jelas biografinya, namun diperkirakan hidup di awal abad 17 pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda di Aceh.
  • Abdurrauf al-Sinkili (w. 1039 H) dan Tarekat Syattariyah. Karena beliau sebagai khalifah (wakil Syeikh ), Tarekat Syattariyah tersebar di Nusantara. Beliau lahir sekitar th 1615 M. Salah satu karya beliau adalah Kitab tafsir Tarjuman al-Mustafid.
  • Abdus Samad al-Palimbani dan Tarekat Sammaniyah. Lahir sekitar tahun 1704. Beliau merupakan juru dakwah pertama Tarekat Sammaniyah di Nusantara, dan memperoleh ijazah dari Muhammad al-Samman, Syekh pendiri Tarekat Sammaniyah ketika menetap di Hijaz. Dan tarian saman bersumber dari Ratib Saman yang ditulis oleh al-Palimbani.
  • Ahmad Mutamakin. Lahir di desa Cabolek, sebuah distrik di kota Tuban, Jawa Timur, pada zaman Sunan Mangkurat sekitar tahun (1719-1726), dan putranya  Paku Buwana II (1726-1749).  Biografinya banyak ditulis dalam sebuah kitab yang bernama Serat Cabolek.
  •  Abdul Muhyi Pamijahan. Setelah mendapat ijazah dan dibaiat oleh Abdurrauf al-Sinkili, beliau menjadi khalifah Tarekat Syattariyah di kampung halamannya di Pamijahan, Tasikmalaya, JawaBarat. Hidup pada tahun 1640-1715 M.
  • Yusuf al-Maqassari (1626-1699), lahir di Gowa pada tahun 1627, dan meninggal th 1699. Mempunyai pengaruh yang besar di masyarakat Makassar.
  • Muhammad Nafis al-Banjari terkenal sebagai seorang sufi dengan karyanya  yang terkenal al-Durr al-Nafis; lahir di Martapura, Kalimantan Selatanpada tahun 1735 M.

Penutup

Penulis menyadari bahwa rangkuman ini tidak mewakili pembahasan tentang tarekat dalam dunia tasawuf ini. penulis juga mengambil sebagian besar referensi ini dari buku Ensiklopedia Tasawuf yang disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah yang dipimpin juga oleh Prof. Dr Azyumardi Azra, M.A.adapun referensi yang lainnya penulis kutip dari slide of power point dosen pengampu  dari mata kuliah “Pengantar Tasawuf” yaitu Ibu Endang Sri Rahayu M.Ud. Penulis juga ingin menghaturkan terima kasih kepada dosen pengampu atas izin yang telah diberikan. [ ] Wasallam.

Daftar Pustaka

UIN SYARIF HIDAYATULLAH (penyusun), Azra, Azyumardi, Ensiklopedia Tasawuf, Bandung: Penerbit Angkasa, 2008.

Mulyati, Sri, Tarekat-Tarekay Muktabarah di Indonesia, Jakarta: Penerbit Kencana, 2006.

 

 

Leave a comment